TUGAS AKHIR BIOKIMIA
“ENZIM”
Disusun Oleh:
TEORI 1
1.
Oktiyani (22164737A)
2.
Maulidah Rohmayanti (22164744A)
3.
Sendhyla Yoma Amaliana S. (22164745A)
4.
Handaru Yossi Pratiwi (22164746A)
5.
Lala Esti Khoirulina (22164747A)
PROGRAM STUDI S1
FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
SETIA BUDI SURAKARTA
2017
I.
PENDAHULUAN
Enzim merupakan biokatalisator dalm kehidupan kita
yang mengatur semua aktifitas fisiologi tubuh, enzim juga memegang peranna
penting dalam kesehatan dan penyakit.
1.1
Katalis
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator
untuk reaksi-reaksi kimia didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat
reaksi kimia. Enzim adalah katalisator
protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem biologi. sebagian besar
reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim.
Berbeda
dengan katalisator nonprotein (H+, OH-, atau ion-ion
logam), tiap-tiap enzim mengkatalisis sejumlah kecil reaksi, kerapkali hanya
satu. Jadi enzim adalah katalisator yang reaksi-spesifik karena semua reaksi
biokimia perlu dikatalis oleh enzim, harus terdapat banyak jenis enzim.
Reaksi-reaksi
seperti hidrolisa dan oxidasi berlangsung sangat cepat didalam sel-sel hidup
pada pH kira-kira netral dan pada suhu tubuh. Ini dapat terjadi karena adanya
enzim. Enzim disintesa di dalam sel, tetapi setelah diextraksi diluar sel masih
mempunyai aktivitas.
II.
KESPESIFIKAN ENZIM
1.
Kespesifikan
Optik
Dengan
kekecualian epimerase (rasemase), yang saling mengubah isomer-isomer optik,
enzim umumnya menunjukan kespesifikan optik absolut untuk paling sedikit
sebagian dari molekul substrat. Misalnya maltase dapat mengkatalisa hidrolisa
α-glukosida, akan tetapi tidak dapat bekerja terhadap β-glukosida.
Kespesifikan
optik dapat meluas kesuatu bagian molekul substrat atau ke substrat
keseluruhanya. Glikosidase merupakan contoh dari dua hal yang ekstrim ini.
Enzim-enzim ini yang mengkatalisis hidrolisis ikatan gliosida antara gula dan
alkohol, sangat spesifikuntuk bagian gula dan untuk ikatan (alfa atau beta),
tetapi relatif nonspesifik untuk bagian alkohol atau glikogen.
2.
Kespesifikan
Gugus
Suatu
enzim hanya dapat bekerja terhadap gugus yang khas, misalnya glikosidase
terhadap gugus alkohol, pepsin dan tripsinterhadap ikatan peptida, sedangkan
esterasa terhadap gugus alkohol, pepsin dan tripsin terhasap ikatan peptida,
sedangkan esterase terhadap ikatan ester.
Enzim-enzim tertentu menunjukan kespesifikan gugus yang
lebih tinggi. Kamotripsin, terutama menghidrolisa ikatan peptida dimana gugus
karboksilnya berasal dari asam-asam amino fenilalanin, tirosin atau triptofan.
Karboksipeptidase dan amino peptidase memecahkan asam amino masing-masing dari
ujung karboksil atau amino rantai polipeptida.
III.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN REAKSI ENZIM
1.
Pengaruh
Suhu
Suhu
rendah yang memdekati titik beku biasanya tidak merusak enzim. Pada suhu dimana
enzim masih aktif, kenaikan suhu sebanyak 10OC, menyebabkan
keaktifan menjadi 2 kali lebih besar (Q10 = 2). Pada suhu optimum
reaksi berlangsung paling cepat. Bila suhu dinaikan terus, maka jumlah enzim
yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Enzim didalam tubuh
manusia memiliki suhu optimum sekitar 37oC. Enzim organismemikro
yang hidup dalam lingkungan dengan suhu tinggi mempunyai suhu optimum yang
tinggi.
Sebagian
besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai + 60oC.
Ini disebabkan karena proses denaturasi enzim. Dalam beberapa keadaan, jika
pemanaasan dihentikan dan enzim didinginkan kembali aktivitasnya akan pulih.
Hubungan antara aktivitas enzim dan suhu dapat dilihat pada Gambar berikut:
2. Pengaruh
pH
Sebagian besar enzim didalam tubuh
akan menunjukan aktivitas optimum antara pH 5,0 - 9,0, kecuali beberapa enzim
misalnya pepsin(pH optimum = 2). Ini disesbabkan oleh :
1.
Pada pH rendah atau tingi, enzim akan mengalami denaturasi.
2.
Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan
muatan listrik dengan akibat perubahan aktivitas enzim.
Misalnya
suatu reaksi enzim dapat berjalan bila enzim tadi bermuatan negatif (Enz-) dan
substratnya bermuatan positif (SH+) :
Enz- + SH+ àEnzSH
Pada
pH rendah Enz- akan bereaksi dengan H+ menjadi enzim yang tidak
bermuatan.
Enz- + H+ àEnz-H
3. Pengaruh
Konsentrasi Enzim.
Pada konsentrasi enzim substrat
tertentu, penambahan
enzim dengan konsentrasi bertingkat akan meningkatkan kecepatan reaksi
enzimatik pada pembentukan komplek enzim-substrat. Sehingga jumlah produk yang terbentuk
akan meningkat. Dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (V) berbanding lurus
dengan konsentrasi enzim
(E).
Makin besar konsentrasi enzim,
reaksi
makin cepat.
4. Pengaruh
Konsentrasi Substrat.
Bila
konsentrasi substrat (S) bertambah, sedangkan keadaan lainya tetap sama,
kecepatan reaksi juga akan meningkat sampai suatu batas maksimum V. Pada titik
maksimum ini enzim telah jenuh dengan subtrat. Seperti pada gambar. Pada titik-titik A dan B belum semua enzim
bereaksi dengan subtrat, maka pada A dan B penambahan subtrat S akan menyebabkan
jumlah EnzS bertambah dan kecepatan reaksi v akan bertambah, sesuai dengan
penambahan S. Pada titik C semua enzim
telah bereaksi denagn subtrat, sehingga penambahan S tidak akan menambah
kecepatan reaksi, karena tidak ada lagi enzim bebas. Pada titik B kecepatan reaksi tepat setengah
kecepatan maksimum. Konsentrasi subtrat yang menghasilkan setengah kecepatan
maksimum dinamakan harga Km atau konstanta Michaelis.
5. Faktor
Lain Yang Mempengaruhi Enzim.
Seperti molekul protein yang
lain,enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa faktur seperti suhu,pH,oksidasi oleh
udara atau senyawa lain,penyinaran ultraviolet,sinar X,α,β,γ. Selain itu reaksi
enzimatik dipengaruhi oleh konsentrasi enzim substratnya.
IV.
KLASIFIKASI
DAN TATA NAMA ENZIM
Fungsi
klasifikasi adalah untuk menekan hubungan dan persamaan dengan cara yang tepat
dan singkat. Gambaran utama sistem IUB (Internasional Union of Biochemistry)
untuk klasifikasi enzim sebagai berikut :
a. Reaksi-reaksi
(dan enzim-enzim yang mengkatalisisnya) dibagi dalam 6 kelas utama,
masing-masing kelas dengan 4-13 sub-kelas. 6 kelas utama itu tersusun dibawah
ini dengan beberapa contoh sub-kelas yang penting. Nama yang terdapat dalam
kurungan adalah nama biasa yang lebih dikenal.
b. Nama
enzim mempunya 2 bagian. Yang pertama adalah nama substrat atau substrat-subtrat. Yang kedua, diakhiri
dengan “ase”, menunjukan jenis reaksi yang dikatalisis. Akiran “ase” tidak lagi
tercantum langsung pada nama substrat.
c. untuk
menjelaskan sifat reaksi, dapat didikuti kata atau kalimat yang diberi tanda
kurung. Misalnya, enzim yang mengkatalisis reaksi L-malat+ NAD+ + piruvat + CO2
+ NADH + H = dikenal sebagai enzim malat, dinamakan 1.1.137 L-malat: NAD
oksidoreduktase (dekarboksilase).
d. Masing-masing
enzim mempunyai nomer kade sistemik (E.C.). Nomer ini menunjukan jenis reaksi
sebagai kelas (digit pertama), sub-kelas(digit kedua), dan sub-kelas (digit
ketiga). Digit keempat adalah untuk nama enzim tertentu. Jadi, E.C. 2.7.1.1.
menyatakan kelas 2 (transferase), subkelas 7 (pemindahan fosfat), sub-kelas 1
(suatu alkohol berfungsi sebagai akseptor fosfat). Digit yang terakhir
menyatakan enzim, heksokinase, atau ATP : D-heksosa-6fosfotransferase, suatu
enzim yang mengkatalis pemindahan fosfat dari ATP kegugus hidroksil pada karbon
6 glikosa.
Adapun
6 golongan sesuai dengan reksi dikatalisis adalah:
1. Oksidoreduktase: Kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi reduksi.
2. Transfarase : Kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan berbagai gugus seperti amina,karboksil,karbinil,metil,asil dll.
3. Hidrolase à Enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis yaitu pemutusan ikatan kovalen sambil mengikat air. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu hidrolase yang memecah ikatan ester, memecah ikatan glikosida dan yang memecah ikatan peptide. Enzim amylase dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Enzim: α-1,4-glucanohydrolase (systemic) dan α- amilase (trivial).
4. Liase à Kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara seperti hidrolisa) lewat pemutusan ikatan kovalen tanpa mengikat air. Yang termasuk golongan ini adalah enzim yang bekerja pada ikatan C-C, C-O, C-N, C-S, dan C-halida.
5. Isomerase à Kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi.
6. Ligase (ligare = mengikat) à Enzim yang mengkatalisis penggabungan 2 senyawa diikuti oleh pemecahan ikatan pirofosfat pada ATP atau senyawa yang sejenis. Yang termasuk golongan ini adalah enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan C-O, C-S, C-N, dan C-C.
V.
KOENZIM
Banyak enzim hanya dapat bekerja (enzim mengkatalis reaksi-reaksi
subtratnya) jika terdapat suatu molekul organok nonprotein yang spesifik.
Molekul organik itu disebut koenzim.
Koenzim atau kofaktor yang terikat sangat kuat bahkan terikat dengan ikatan
kovalen dengan enzim disebut gugus prostetik. Hanya bila enzim
dan koenzim keduanya terdapat akan terjadi katalisis. Sistem komplit enzim dan
koenzim disebut holoenzim,
sedangkan bagian protein sistem tersebut dinamakan apoenzim. Jadi:

Jenis reaksi yang sering memerlukan partisipasi koenzim adalah
oksidoreduksi, reaksi-reaksi pemindahan gugus dan somerasi, dan yang
menghasilkan pembentukan ikatan kovalen (kelas1, 2, 5, dan 6) sebaliknya,
reaksi lisis, termasuk reaksi hidrolisis seperti yang dikatalis oleh
enzim-enzim saluran pencernaan, tidak memerlukan koenzim (kelas 3 dan 4)
Seringkali vitamin golongan B-kompleks merupakan bagian struktur
koenzim. Misalnya untuk metabolisme asam-asam amino diperlukan vitamin B6. Untuk
oksidasi biologi diperlukan nikotinamida, tianin, riboflavin, asam pantotenat
dan asam lipoat. Untuk metabolisme zat dengan satu atom C (C-1 unit) diperlukan
asam folat dan vitamin B12.
Fungsi koenzim adalah sebagai karier sementara dari gugus
fungsional yang berperan dalam reaksi enzimatis tersebut.
VI.
MEKANISME KERJA ENZIM
1.
Prinsip Umum
Pembicaraan tentang mekanisme yang digunakan untuk mempercepat
kecepatan reaksi melalui 3 contoh yang akan diberikan : katalis asam dan basa
pada umumnya, katalis oleh ion-ion logam, dan katalis oleh enzim yang
mengandung piridoksal fosfat.
2. Katalisis Asam-Basa Umum
Reaksi yang kecepatanya berubah-ubah akibat perubahan konsentrasi
ion hidrogen atau konsentrasi ion hidronium dalam larutan, tetapi tidak
tergantung pada konsentrasi asam atau basa lainya yang terdapat dalam larutan,
dikatakan dapat mengalami katalisis asam spesifik atau katalisis basa spesifik.
Reaksi yang kecepatanya tergantung pada semua asam dan basa yang terdapat dalam
larutan dikatakan dapat mengalami katalisis asam umum (general acid) atau
katalisis basa umum (general base). Mutarotasi glukosa adalah salah satu rekasi
yang tunduk pada katalisis asam-basa umum.
3. Peranan Ion Logam
Ion logam melaksanakan peranan katalisi dan struktural yang
penting pada protein. Sebenarnya, lebih dari seperempat dari semua enzim yang
dikenal mengandung ion logam yang berikatan erat atau memerlukan ion logam
untuk beraktivitasnya. Fungsi ion logam ini diselidiki dengan cara fisika,
lebih-lebihdengan kristalografi sinar-X, nuclearmagnetic (ESR). Keterangan ini
digabungkan dengan pengetahuan pembentukan dan kerusakan kompleks logam dan
reaksi dalam lingkaran koordinasi ion logam untuk memberi pengertian tentang
peranan ion logam pada reksi yang dikatalisi oleh enzim.
A. Metaloenzim
dan enzim yang diaktifkan logam
Lazim untuk membedakan antara metaloenzim dan enzim yang
diaktifkan oleh logam. Metaloenzim adalah enzim yang mengandung sejumlah
tertentu ion-logam yang berfungsi yang dipertahankan selama pemurnian. Enzim
yang diaktifkan oleh logam tidak mengikat logam sekuat seperti pada metaloenzim
tetapi meskipun demikian memerlukan tambahan logam untuk pengaktifanya. Akan
tetapi, perbedaan ini, khususnya tidak membantu, karena dikenal banyak contoh
klasifikasi yang letaknya pada batas perbedaan. Banyak enzim mempertahankan ion
logam selama prosedur pemurnian normal tetapi kehilangan logamnya bila
dimurniakn dengan adanya “chelating agent” (zat-zat pengikat). Aktivitas enzim
kemudian hilang. Aktivitas ini diperbaiki hanya setelah penambahan ion logam.
Perbedaan antara metaloenzim dan enzim yang diaktifkan logam, bila hars ditarik
garis, jadi terletak pada afinitas enzim tertentu untuk ion logamnya. Dari
aspek mekanisme dimana ion logamnya melakukan fungsinya, tampak bahwa keduanya
sama pada metaloenzim dan enzim yang diaktifkan oleh logam.
B. Kompleks
rangkap tiga enzim-logam-substrat
Untuk banyak “ternary” (3 komponen) kompleks yang dibentuk antara
active site enzim (Enz), suatu ion logam (M), dan suatu substrat (S) yang
menyesuaikan diri dengan stoikiometri sederhana 1:1:1,4 skema yang mungkin
terbentuk adalah :
4 skema adalah enzim yang
diaktifkan logam, metaloenzim tidak dapat membentuk kompleks jembatan substrat
karena mereka mempertahankan logam selama pemurnian (yaitu, berada sebagai
Enz-M) Selain data pengikatan logam, teksik yang garis besarnya tergantung pada
daftar 6-2 membantu memastikan skema
mana yang beroperasi. Daftar 2 mencatat beberapa enzim untuk mana skema
koordinasi telah ditetapkan.
Dari ini dan muncul data lainya, muncul 2 kesimpulan :
1. Sebagian besar tetapi
tidak semua kinase (ATP : fosfotransferase) membentuk
kompeks jembatan
substrat dari jenis enz-nukleotida-M.
2. Fosfotransferase yang
memakai priruvat atau fosfoenolpiruvat sebagai substrat,
enizm yang
mengkatalisis rekasi lain dari fosfoennolpiruvat, dan karboksilase membentuk kompleks jembatan logam.
C. Kompleks 3 komponen (ternary compleks)
Daftar 6-3 mencatat 3 enzim
sebagai pembentuk kompleks jembatan substrat dan kompleks jembatan enzim. Ini
karena mereka membentuk satu jenis kompleks jembatan dengan satu substrat dan
jenis lain dengan yang lainya. Suatu teksik yang berguna untuk penyelidikan
kompleks logam yang dibentuk oleh 2 substrat enzim adalah untuk membentuk
ternary (3 komponen) kompleks “abortif” antara enzim, ion logam, salah satu
substrat, dan salah satu produk. Kompleks disebut abortif karena mereka tidak
dapat menghasilkan suatu reaksi (produk adalah dimana substrat harusnya
berada). Kestabilanya memudahkan penyelidikan. Data pengurangan proton
menunjukan bahwa piruvat kinase dan kreatin
kinase membentuk ternary kompleks abortif dari jenis yang diperhatikan dibawah
ini.
Daftar 1. Teknik
percobaan untuk menentukan pola koordinasi yang terdapat antara enzim, ion
logam, dan substrat. (NMR, nuclear magnetic resonance; ESR, electron
spin resonance.)
2. Pola
koordinasi kompleks terner enzim-logam substrat dari beberapa enzim.Enzim-enzim
yang bertanda (+) membentuk pola koordinasi
yang berbeda dengan tiap-tiap subtsratnya. Dalam hal ini, substrat yang
bersangkutan disusun dalam kurung.
Perhatikan bahwa Mn membentuk suatu kompleks jembatan logam siklik dengan satu kinase
(privat kinase) dan suatu kompleks jembatan substrat dengan yang lainya (kreatin kinase). Hasilnya, piruvat dan
kreatin, membentuk suatu kompleks jembatan
enzim dengan hbunganya dengan logam. Juga perhatikan bahwa, bila ADP kompleks
abortif diganti oleh ATP, suatu reaksi akan terjadi. Data jenis ini dipakai untuk memberi kesan sifat kompleks yang
aktif, dan katalitik.
D. Komplekd-jembatan-enzim (M-Enz-S):
Secara perbandingan sedikit
diketahui tentang peranan logam pada kompleks jembatan-enzim. Mereka diduga
melakukan peranan struktural, mungkin mempertahankan konformasi aktif
(misalnya, glutamin sintetase). Peranan ion logam Tidak perlu dibatasi pada
stabilisasi, karena logam dapat juga membentuk jembatan logam dengan substrat.
Ini terjadi dengan piruvat kinase.
Selain peranan
strukturalnya, ion logam pada piruvat kinase tampak mengikat satu substrat
(ATP) pada tempat dan mengaktifkannya.
E. Kompleks jembatan-substrat (Enz-S-M)
Pembentukan ternary
kompleks jembatan substrat nukleosida trifosfat dengan enzim, logam, dan
substrat nampaknya duhubungkan dengan penggantian air oleh ATP lingkaran
koordinasi logam.
Sementara reaksi enzim
pertama denagn ATP dan selanjutnya dengan logam dapat lebih cepat, ini tidak dipikirkan
dapat terjadi dalam keadaan fisiologis karena konsentrasi enzim intrasel
umumnya jauh dibawah konsentrasi ATP atau ion logam. Fungsi ion logam pada
reaksi fosfotransferase pembentukan suatu kompleks lifosfat-adenin yang kaku
dari konformasi yang sesuai dalam kompleks kwaterner yang aktif.
F. Kompleks jembatan-logam :
Kristalografi sinar-X dan data rangkaian peptida telah menetapkan
bahwa residu histidil adalah yang mengatur pengikatan logam pada active site
banyak protein (misalnya, karboksipeptidase A, sitokrom c, rubredoksin,
metmioglobin, dan methemoglobin). Akan tetapi, sedikit diketahui mengenai
mekanisme pembentukan kompleks binary (2 komponen) Enz-M, kecuali bahwa langkah
pembatasan kecepatan (=rate limiting step0 pada banyak kasus adalah
penyingkiran air dari lingkungan koordinasi ion logam. Untuk banyak peptidase
pengaktifan oleh ion logam adalah proses yang lambata yang memerlukan beberapa
jam untuk penyelesaianya.
Karena Mn dapat bergerak dari satu residu asam amino ke residu asam amino
lainya dalam mikrodetik, kecepatan pengikatan logam diperkirakan sangat cepat.
Reaksi yang lambat mungkin adalah rangkaian penyusunan binary Enz-M ke
konformasi yang aktif, yaitu: Pengikatan logam.
- Peranan ion logam pada katalisis
Ion logam dapat
berpartisipasi dalam salah satu dari 4 mekanisme yang dipakai enzim untuk
mempercepat kecepatan reaksi kimia :
1. katalisis asam-asam umum,
2. katalisis kovalen,
3. Mendekatkan pereaksi, dan
4. Mengadakan tekanan pada enzim atau
substrat.
Ion logam,
seperti proton, adalah asam Lewis atau elektrotil dan oleh karena itu dapat
menerima bagian alam pasangan elektron yang membentuk ikatan sigma. Ion logam
juga dapat dianggap “super acids” karena mereka terdapat pada larutan yang
netral, sering mempunyai muatan posotif yang lebih besar dari pada satu, dan
dapat membentuk ikatan pi. Selain (dan tidak sperti proton) itu, logam dapat
berperan sebagai cetakan 3-dimensi untuk orientasi dan ikatan gugus basa yang
terdapat pada enzim atau substrat.
Ion logam juga
dapat menerima elektron melalui ikatan sigma atau pi untuk mengaktifkan
elektrofil atau nukleofil (katalis asam-basa umum). Denagan memberikan
elektron, logam dapat mengaktifkan nukleofil atau berperan sebagai nukleofil
itu sendiri. Lingkaran koordinasi logam dapat mempersatukan enzim dan substrat
(pendekatan) atau membentuk distorasi yang menghasilakan chelate pada enzim
atau substrat (tekanan0. suatu ion logam uga dapat “menyelubungi’ nukleofil dan
karena itu mencegah reaksi sampingan yang sebaliknya mungkin timbul. Akhirnya,
pengaturan stereokimia dicapai oleh kemampuan lingkaran koordinasi logam untuk
beerperan sebagai cetakan 3-dimensi untuk mengikat gugus-gugus reaktif pada
orientsi sterik yang sfesisik.
Daftar.
Contoh-contoh peranan ion logam pada
mekanisme kerja enzim.
ENZIM
|
Peranan kerja enzim
|
Histidin deaminase
Kinase, liase, piruvat dekarboksilase
Anhidrase karbonat
Enzim kobamida
Piruvat karboksilase, Karboksi
peptidase, alkohol dehidrogenase
Protein besi nonhem
Piruvat kinase, piruvat karboksilase
Fosfotransferase, D-xilosa isomerase,
hemoprotein.
|
Menutupi nukleofil
Mengaktifkan elektrofil
Mengaktifkan nukleofil
Logam berperan sebagai nukleofil
Menarik elektron π
Donor elektron π
Ion logam berkumpul dan mencari ikatan
Pengaruh tekanan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar