BROMATOMETRI
Tujuan percobaan ini adalah untuk menetapkan
kadar senyawa obat yang dapat bereaksi dengan adanya brom berlebihan (titrasi
tidak langsung).
B.
Landasan Teori
Bromo-bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu zat
dengan prinsip reaksi reduksi-oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau
molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga
yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron,
dan dalam proses itu zat tersebut direduksi (Rivai, 1995).
Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan
bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak
cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan
panas dan dalam lingkungan asam kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat
dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat, dan
bromin yang dibebaskan akan merubah larutan menjadi warna kuning pucat, warna
ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. (Wunas,
1986)
Kalium Bromat merupakan zat pengoksidasi (oksidator) yang kuat dengan nilai
potensial standarnya sebesar 1,44 V. Dalam suasana asam, kalium bromat dengan
adanya bromida akan menoksidasi bromida menjadi brom.
KBrO3 + 5KBr +
6HCl
3Br2 + 6KCl + 3H2O
Aplikasi
bromatometri dalam analisis kuantitatif untuk :
1.
Senyawa-senyawa yang bersifat reduktor seperti vitamin C
2.
Senyawa-senyawa yang mampu
bereaksi secara subtitusi dengan brom seperti fenol, asam
salisilat, anilin, dan sulfonamida.
3.
Senyawa-senyawa yang mampu
bereaksi secara adisi dengan brom seperti kalsium siklobarbital dan etena
(Anonim, 2011).
Reaksi brominasi senyawa-senyawa organik larutan standar seperti kalium
bromat dapat dipergunakan untuk menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas
yang diketahui. Bromin tersebut kemudian dapat digunakan untuk membrominasi
secara kuantitatif berbagai senyawa organik. Bromide berlebih hadir dalam
kasus-kasus semacam ini, sehingga jumlah bromin yang dihasilkan dapat dihitung
dari jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya bromin yang dihasilkan apabila
terdapat kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan untuk membrominasi senyawa
organik tersebut untuk membantu memaksa reaksi ini agar selesai sepenuhnya.Reaksi
bromin dengan senyawa organiknya dapat berupa subtitusi atau bisa juga reaksi
adisi ( Hendayana, 1994).
Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida menjadi iod,
sementara dirinya direduksi menjadi brimida :
BrO3-
+ 6H+ + 6I+
Br- + 3I2 + 3H2O
Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal ini, karena suatu
reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit dengan tahap redoksnya.
Namun nampak bahwa 6 ion iodida kehilangan 6 elektron, yang pada gilirannya
diambil oleh sebuah ion bromat tunggal (Roth dan Blaschke,1988).